CEMERLANG CENTER
SD 1 TERPADU - SMP - SMA - SMK CEMERLANG
SEPATAN TIMUR - TANGERANG
Awalnya sebelum terbentuknya Perguruan Cemerlang yang di ketuai oleh Drs. Ridwan HU., Drs. Ridwan HU. mempunyai Kaka kandung yg bernama Bapak Hj. Abyadi yang mempunyai sekolah dasar Madrasah Ibtidaiyah yang bernama MI- Al -Muawanah yang bertempat di Jalan Nyi Mas Melati Desa Babakan Asem Kecamata Teluk Naga-Tangerang dan dari itu pula awalnya cemerlang terbentuk dari masa Kakak kandung Drs. Ridwan HU. ia berkeinginan untuk membentuk suatu Lembaga pendidikan terpisah dari kakaknya dan tuntuk pertamakalinya ia mendirikan Taman Pendidikan Anak (TPA) yang bernama TK Cemerlang yang terletak pada masa itu di Kedaung Barat. pada waktu itu TK Cemerlang menempati tanak perairan yang akhirnya di gusur dan berpindah ke Ds. Pondok Kelor sekolah dan pada waktu sebelumya ia mengorbankan rumahnya hanya Untuk membangun Sebuah Aula yang di fungsikan sebagai sarana belajar. karna potensi dan sumber daya manusia pun menengah kebawah dan pengetahuan masyarakat di sekitar tentang pentingnya pendidikan kurang. maka Drs. Ridwan HU. mendirikan Pendidikan yang lainnya dari jenjang yang dasar sampai menengah (SD-SMP-SMA-SMK) yang bernaung di bawah Yayasan Perguruam Cemerlang. Pada Awalnya Yayasan Perguruan Cemerlang hanya menempati areal seluas 2 ribu meter persegi, namun berkat kerja keras Ridwan HU dan dukungan seluruh keluarga besarnya, saat ini sekolah tersebut dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 7.750 meter persegi. Di tengah perkembangan yang cukup pesat sekolah di Desa Babakan Asem yang notabene merupakan kampung halaman bapaknya almarhum KH. Abiadi itu, Ridwan HU tidak begitu saja berpuas diri.
Pada tahun 1997 lalu, berangkat dari keprihatinan yang sama, Ridwan membangun sekolah di kampung halaman ibunya di Desa Pondok Kelor Kec. Sepatan Timur. Perlahan tapi pasti, sekolah yang semula hanya dibangun di atas lahan seluas 800 meter persegi dan disebut sebagai kampus dua itu, saat ini sudah menempati lahan seluas 8.200 meter persegi dengan 30 ruang belajar. Di dua kampus yaitu Babakan Asem dan Desa Pondok Kelor terdapat sebanyak 4.825 siswa yang belajar pagi dan sore hari. Besarnya minat belajar di Yayasan Perguruan Cemerlang, kata Ridwan HU, karena selama ini khusus siswa SD dan SMP, pihaknya tidak memungut biaya pendidikan alias gratis, mulai dari uang bangunan hingga uang sekolah.
Sementara bagi siswa SMA/SMK yang benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu, juga diberikan kebijakan khusus dengan tidak memungut uang sekolah. "Kalau memang benar-benar orang tuanya tidak mampu, kita akan membebaskan uang sekolah siswa yang bersangkutan," ujar Ridwan HU dalam bincang-bincang dengan wartawan belum lama ini.
Lantas bagaimana caranya sehingga pimpinan Yayasan Perguruan Cemerlang itu sampai memberikan kebijakan untuk membebaskan uang sekolah dari para siswa tersebut? Menurut Ridwan HU, selain karena tekadnya untuk memajukan anak-anak di dua desa tersebut, sumber dana untuk biaya operasional sekolah termasuk gaji para guru berasal dari usahanya yang cukup sukses sebagai pengelola cleaning service di Bandara Soekarno-Hatta.
"Sebagai anak desa, saya sangat prihatin melihat banyaknya anak-anak usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena persoalan ekonomi. Melihat kenyataan seperti itu, saya bertekad untuk memajukan pendidikan di kampung halaman bapak dan ibu saya tersebut. Masalah sumber dana untuk biaya operasional sekolah mengingat para siswa SD dan SMP bahkan SMA yang benar-benar tidak mampu, digratiskan, saya tutupi dari usaha saya," kata Ridwan merendah.
Lebih menggembirakan lagi, para guru yang mengabdikan diri Yayasan Perguruan Cemerlang, kata Ridwan, Selama ini diberikan gaji yang sangat memadai atau sesuai upah minimum kabupaten (UMK). Dengan demikian, guru-guru di yayasan tersebut tidak ada yang mengajar di sekolah lain. Jika saja ada banyak warga yang memiliki kepedulian terhadap masa depan anak-anak seperti Ridwan, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tidak akan ada lagi anak usia sekolah yang tidak dapat menimba ilmu dengan alasan tidak memiliki uang untuk biaya pendidikan. Semoga ke depan akan semakin banyak Ridwan-Ridwan lainnya di negeri ini.